Jumat, 25 Maret 2011

Mengertilah


Saya ingin tertawa geli sekaligus marah. Untuk kali pertama saya berharap segera mendapatkan "someone". Entah saya berhak marah atau tidak pada ibu saya tapi saya tak habis pikir, bagaimana bisa dia menceritakan pada tante atau mungkin beberapa orang lainnya bahwa saya ada "hubungan" dengan salah satu teman baik saya. Okelah kami memang sahabat, kenal dan akrab sejak SMA tapi bukan berarti itu bisa dikatakan ada "hubungan". Tantenya yang kebetulan tetangga saya dan sering ngobrol entah apa tentang dia sepertinya diartikan lain oleh ibu saya. Oke, kita memang dekat tapi tak bisakah ibu saya melihat bahwa saya dan dia tidak ada apa-apa. AKhhhhh saya bingung dan marah, harus menjelaskan seperti apa dan bagaimana. Apakah ibu saya juga silau dengan apa yang ada padanya. Haruskah saya bilang bahwa walaupun kami dekat dan akrab, jauh didasar hati saya dia bukanlah orangnya, bukan 'The it Boy" untuk saya. Dan mungkin juga bagi dia saya pun sebaliknya.
Kalaupun nanti sekecil apapun kemungkinan itu, saya tak bisa menampik dan lari, toh sudah ada yang mengaturnya, namun untuk saat ini setelah saya meraba-raba hati saya dan memahami, saya ingin tetap berteman dengannya. Saya malah berharap dia bertemu dengan seseorang yang memang sepadan dengan dirinya dan memiliki gaya hidup yang minimal bisa menerimanya. Saya cukup tahu diri untuk tidak berharap.
Dan sekarang saya hanya bisa berharap untuk bisa mulai mengenal dan bertemu seseorang. Saya memang pernah berkhayal tentang saya dan dia, tidak munafik, tapi kemudian saya mengerti bahwa sekalipun saya menerima apa yang ada padanya ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang membuat saya tidak nyaman dan saya memilih berhenti.
Saya berharap ibu saya mengerti, haruskah saya menjelaskan sampai memohon dan menangis agar dia mengerti bahwa kami tidak ada apa-apa??? Satu yang terlintas dalam pikiran saya saat ini, saya akan lebih memilah-milah cerita mana yang harus saya bagi dengan beliau. Bukan saya tak menghormati, justru saya tak mau dia kecewa dengan memilki pengharapan yang berlebihan. So Pleaseee Mom mengertilah......

Minggu, 20 Maret 2011

A Wish

Kenapa saya kasih picture langit?? karena menurut saya harapan itu serupa sepertinya, sesuatu yang indah namun begitu jauh dan mustahil untuk dijangkau. Seperti sebuah ungkapan anonim yang saya pernah baca dan saya begitu cinta pada ungkapan itu yang bilang bahwa Harapan hanya mau menjadi bagian hidup kita apabila kita memperjuangkannya menjadi sebuah kenyataan, coba gimana saya gak terasa tersepak membacanya. Seringkali dan dalam banyak waktu saya berharap ini dan itu, namun begitu berpikir bahwa sepertinya harapan itu terlalu tinggi ya sudah semuanya tertinggal begitu saja.
Sabtu pagi kemaren kita pada girl talk di kamar kos ku, dan tanpa sengaja ngobrol tentang teman mbak Fikka (salah satu teman kosku) yang berhasil pergi ke Jerman dengan modal nekat (tentu saja dengan beberapa modal tambahan seperti bisa bahasa inggris, dapat bea siswa dan mencari sponsor). Tapi mendengar ceritanya yang menurutnya temannya itu sebenarnya bukan satu diantara yang menonjol namun berhasil demi Tuhan aku terpacu kembali. Mendengar ceritanya kali ini jujur aku dan kita bertiga tentunya menyadari bahwa gak ada sesuatu itu yang kebetulan, semuanya diperjuangkan dan membutuhkan usaha dan konsistensi melakukannya. Untuk yang kesekian kalinya aku kembali bertanya pada diriku??? what is actually of my wish?? puaskah aku seperti ini?? apakah aku mau mencoba memulainya?? apakah kali ini aku akan bersungguh-sungguh kendati akan ada rasa sakit yang akan kuterima, kekecewaan dan kesediahan??
Kubuka kertas kecil dari dalam dompetku yang berisi tulisan acak kadutku, dan aku mulai berbisik, aku ingin dan akan memperjuangkannya. Akan ku mulai dari hal yang sederhana, memperRajin ibadahku, karena aku yakin ketika aku bersamaNya aku pasti lebih kuat dan bisa menerima apapun yang akan terjadi nanti ^^
Yap Seperti ucapan dalam bahasa Jepang GAMBARU yang artinya semangat dalam semangat yang lebih untuk bisa mencapai harapan dan tujuan kita. Semua orang berhak atas mimpinya apapun dan bagaimanapun mustahilnya harapan itu ^^.

Rabu, 16 Maret 2011

Bukannya Tak Suka

Dua hari ini saya seperti merdeka, berhubung bos dan rekan kerja sedang tugas luar kota semua jadilah saya sang pemilik ruangan. Kebetulan teman kantor di ruangan sebelah baru pulang dari liburan di Eropa, wah saya jadi nangkring di ruangannya mantengin hasil jepretannya dan dipandu di mana saja foto itu dibuat dan cerita-cerita lokasinya. Sumpah saya mupeng abisss bissss bisss, bukan mupeng dan iri karena dia bisa jalan-jalan ke Eropa, karena kalo itu saya yakin bisa yang penting irit dan ngumpulin duit trus cao deh ke eropa beberapa hari buat jalan-jalan, yang saya mupeng dan iri setengah mampus betapa kotanya sangat cantik dan rapi. Saya iri pada mereka yang bisa tinggal dan menetap di kota sebaik itu. Saya tak habis pikir padahal kita sama-sama manusia tapi kenapa orang-orang sana (Baca Bule) bisa begitu menghargai dan sangat menjaga negara mereka, betapa mereka tunduk pada aturan yang dibuat dan saling menjaga lingkungan. Okelah saya masih mendapati satu dua buah coretan di dinding yang mungkin tak sengaja terfoto, kalau mereka bisa sedikit merusak tapi toh pada kenyataannya mereka juga menjaga dan menghormati kota dan negara mereka. Iri sekali dan saya sempat bermimpi bisa tinggal di negeri yang nyaman, saling menjaga dan mentaati peraturan, bisa berjalan kaki dengan nyaman di jalan tanpa diteriaki atau takut ke serempet kendaraan. 

Jadi jangan salahkan jika rasa nasionalis saya kurang, lah gimana gak kurang kalo ketika diri ingin mempraktekkan cara hidup yang lebih saling menjaga saya malah dianggap aneh dan ditertawakan. Saya pernah tanpa sengaja menghancurkan sebuah tempat styrofoam dengan maksud agar tidak digunakan untuk hal-hal yang tidak baik. Salah satu teman kerja nyeletuk eh iya juga ya, saya lantas menimpali dengan ucapan " minimal ya kita lakukan dari kita ", lantas teman lain nyeletuk " Lah yang ngelakuin cuma satu yang lain pada gak ngancurin tuh tempat ya sama saja kan, gak guna ". Jujur saya agak jengkel mendengarnya dan dengan cueknya saya menimpali, " minimal kita lakuin, kalo kita berpikiran kayak gitu yah hitung aja akibatnya " dan saya berlalu dari obrolan. Jengah. Coba bagaimana saya tidak iri??? Bukannya tak suka pada negeri ini toh saya bisa apa selain menerima, tapi jika boleh memilih hihihihi saya mungkin dengan senang hati akan memilih pilihan yang lain ^^v

Senin, 14 Maret 2011

Ragu

Seminggu ini hati saya ragu, bingung, juga takut. Saya tidak tahu yang dinamakan ikhlas itu seperti apa, apakah perasaan saya ini sudah menggambarkan keikhlasan,,akhhh cuma DIA yang tahu. Jujur saya takut, takut pada kenyataan bahwa nanti saya tidak lulus mengikuti tes yang akan saya ikuti (entah kapan), bayang-bayang perasaan malu dan dicemooh terus menghantui saya. Namun terakhir ini saya meraba-raba, merasakan hati dan pikiran saya dengan semampu saya dan berujung pada usaha untuk bisa mengikhlaskan dan mengahadapi kenyataan yang nanti akan datang. Mungkin pahit sekali memang tapi bukankah hidup tidak harus berakhir disana. Namun yang saya tahu sebelumnya saya akan berusaha tanpa harus benar-benar melihat apa yang bakal terjadi nanti. Menutup mata dan berdoa dengan sekuat tenaga. Sampai saat menulis ini pun hati saya takut setengah mati, tapi apalah artinya toh semuanya saya serahkan padaNya. Mungkin tidak semuanya memang seindah harapan tapi saya hanya bisa memohon dengan sangat, peluk saya selalu terutama dalam keadaan Pedih agar saya tak lari menjauh dan kehilangan pegangan.