Sabtu, 19 Februari 2011

Sebuah penghargaan sederhana

Ehmmm saya orang baru di dunia permotoran, akh bukan malah sangat baru dan jujur gak ngerti apa-apa. Tahunya juga bisa naik. Bisa naik pun karena modal nekat, gimana gak nekat kalo saya harus tinggal jauh dari orang tua sedangkan ke tempat kerja harus naik angkot berkali-kali atau kalo memang mau hemat harus rela jalan kaki, apalagi tempat kuliah yang serasa di ujung dunia letaknya, dan belum lagi keinginan saya yang macam-macam seperti kepingin les atau mejeng bareng teman. Alhasil saya rela pulang ke kampung tiap sabtu sore sehabis kuliah dan pulang minggu sore untuk belajar motor di hari minggu pagi. Saya memang ahli kalo naik sepeda tapi soal motor jujur saya memang tidak pernah tertarik tapi itulah terkadang keadaan yang memaksa kita untuk bisa fleksibel dan berusaha. Akhirnya dengan sepenuh perjuangan saya bisa, yap saya bisa naik motor walaupun ahlinya untuk matic hehe dan bisa memilki motor sendiri. Seperti yang sudah saya bilang karena saya buta tentang tetek bengek soal mesin sebisa mungkin saya rajin ke bengkel dan memberikan "makanan" yang sehat untuk "mis biti" ini nama motor saya, iseng yah hehe. Tapi terakhir tepatnya mulai sekitar dua minggu lalu mis biti saya mulai bermasalah. Awalnya tidak ada apa-apa, tapi setelah enam bulan belum periksa ke ahlinya saya inisiatif datang ke "dokter" langganan mis biti. Setelah dicek, diketuk sana-sini, cuci darah alias ganti oli mis biti saya keluar fresh. Tapi esoknya dia tiba-tiba ngadat, saya bawa lagi alasannya karena ada yang basah lalu dicek lagi mis biti saya sehat. Tapi kembali esoknya, waduh saya sudah jengkel dan putus asa mis biti saya ngadat lagi, jangankan mogok mau mulai dinyalakan saja dia sudah ampun-ampunan. Saya ngomel dan jengkel setengah mampus, gimana gak mampus lah wong pagi itu saya harus ujian skripsi dan teman yang sudah seperti kaki saya tiba-tiba mogok padahal kemarin baik-baik saja. Saat itulah saya marah, kesal, dan sempat tercetus jika ada rejeki lebih saya ingin mengganti mis biti. Beragam ocehan dan umpatan keluar walaupun bukanlah sesuatu yang kasar tapi tetap saja judulnya ngomel. Pada akhirnya dengan modal nekat setelah semua urusan selesai dan sempat ngantor dengan angkot, sabtu pagi ini saya dorong dia ke "dokter" kembali yang berbeda tentunya dengan ditemani sahabat saya. Saat menunggunya entah kenapa saya merasakan satu perasaan aneh dan berbeda. Melihat mis biti diketok dan di gas dengan kencang jujur hati saya seperti ngilu. Kalau dia bisa teriak mungkin dia akan teriak sekencang-kencangnya, saat itulah saya menyadari semua ucapan yang sempat saya lontarkan, kejengkelan saya sampai keinginan saya untuk menukarnya. Haduh betapa diri ini kejam, pada benda mati saja saya tidak setia bagaimana dengan yang hidup bisa berkali-kali lipat. Jangankan setia, hanya untuk mengingat apa yang sudah diberikannya pada saya pun saya tidak terbersit yang ada hanya merutuki keadaannya. Saya jadi berpikir kalau saya sedang sakit lalu tiba-tiba ada yang marah karena keadaan itu dan menyalahkan saya, tentu saya akan marah balik dan mungkin dua kali lebih marah. Akh lagi-lagi jadi teringat berapa banyak ketidaksengajaan seperti itu telah saya lakukan pada teman-teman saya. Teman-teman yang menjadi saksi keberadaan saya. Tanpa sadar saya perlahan berjanji pada diri saya sebisa mungkin ingin selalu mengingat kebaikan yang sudah diberikannya dan bersyukur bahwa dia ada bersama saya, sehingga ketika ada sedikit hal yang tidak sesuai dengan saya, saya dengan sadar bisa memaklumi dan menghargai apa sudah mereka beri pada saya walaupun dengan cara yang sederhana.

Yuk sama-sama belajar menghargai dari hal yang kecil agar kita juga bisa merasakan bagaimana dihargai itu ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar