Sabtu, 31 Maret 2012

Finding Your Heart (Melepasmu...)


Ditra menghentikan Jeep Taft GT hitamnya di depan Alyn dan melompat keluar. Alyn berjalan memutar dan terus berjalan. Dikejarnya pelan Alyn lantas dicengkramnya tangan kanan Alyn yang bebas.
Gadis itu tersentak dan tubuhnya langsung menghadap Ditra yang menatapnya dengan sorot mata tak terbaca. Ada keterkejutan, bingung, juga penasaran.
"Apa itu benar???" tanyanya lirih yang makin membuat Alyn tak sanggup menahan bendungan air matanya. Yang dimaksud Ditra adalah apakah benar dia sengaja datang untuk mencari tahu tentang Arya dan melihat kejatuhan Ditra. Karena itu adalah kata-kata Rhea yang ditangkapnya.
Ditatapnya sepasang mata tajam itu tepat di manik mata. Dan Alyn berusaha mati-matian menahan agar air matanya tidak jatuh. 
Yang dimengerti Alyn tentang pertanyaan Ditra adalah bahwa yah dia memang mengenal Arya, mengenalnya sangat akrab dan begitu kehilangan ketika pria itu pergi. 
"Ya memang benar," ucapnya tegas. Ditatapnya kembali sepasang mata dihadapannya. Ada keterkejutan yang tak bisa ditutupi sekaligus ketakutan yang bergumul menjadi satu.
Alyn melepaskan cengkraman Ditra dan berbalik pergi.
"Jangan menoleh sekalipun, karena kalo lo berbalik gue mungkin gak akan bisa mengendalikan diri," ucap Ditra dingin. Kedua tangannya mengepal keras.
Dan Alyn memang tidak berbalik, terus berjalan menuju jalan besar. Bukan, bukan karena dia takut Ditra akan marah besar karena bukankah semua ini memang dirinya yang memulai. Alyn hanya tidak mau memperlihatkan air matanya. Tidak ingin semakin dianggap hina oleh Ditra. Yah hanya oleh Ditra.
Dan akhirnya selesai sudah, batin Alyn pedih, miris.
Ditra masih berdiri di tepi jalan dengan hati yang kacau dan siap meledak.
Yang dia takutkan jika gadis itu menoleh dia tidak sanggup menahan amarahnya yang menggelegak, yang sudah sampai diujung tenggorokan. Begitu melihat Alyn menghilang ditikungan jalan, ada rasa sesal dihatinya. Akhirnya dia merosot, luruh terduduk dijalanan aspal bersandar pada mobilnya dan menunduk kosong.
Suara mobil yang dihapalnya berhenti dibelakang mobilnya. Pintu dibanting bersamaan dan kemudian Raditya dan Ibas sudah berada didepannya.
Radit masih berdiri memeriksa jalanan, Ibas langsung berjongkok didepannya dengan sebelah lututnya menempel di aspal. Tak lama Raditya ikut berjongkok.
"Dit, lo gak apa-apa kan?" tanya Ibas khawatir sambil menyentuh bahu cowok itu.
Diangkatnya kepala dan dipandanginya dua sobatnya itu bergantian. Mata itu memerah menahan berbagai macam gempuran emosi walaupun sudah sedikit lebih tenang.
Kepala itu menggeleng pelan lantas tertawa miris.
"Kenapa?? Kenapa harus dia, Hmm?? Kenapa bukan orang lain agar gue bisa menghajarnya dan punya alasan buat marah!!!"
"Dan kenapa dia ngaku??? kenapa dia gak bohong saja??? gue terima semua kebohongannya. Gue akan terima!!!! bukankah selama ini dia sudah bohongin gue???" teriak Ditra pedih.
Ibas dan Raditya hanya bisa saling pandang.
Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa selama ini Alyn memiliki kaitan dengan Arya. Sungguh tidak pernah menyangka.
Sebenarnya mereka berdua juga terkejut, kaget, dan marah. Namun Ditra memiliki alasan tersendiri kenapa dia sampai begitu hancur.
Ibas mengangguk pelan pada Raditya yang segera diketahui maksudnya. Dipapahnya Ditra supaya berdiri. Mereka sedang tidak bisa memberi kalimat apapun. Untuk hari ini biarkan Ditra melepaskan semua bebannya.
"Biar gue yang bawa dia, lo bawa mobilnya aja," ucap Ibas.
Raditya mengangguk.
"Kita kerumah gue aja, lagi gak ada orang," kata Ibas sebelum masuk ke mobil.
"Jadi lo bener-bener cinta ya sama dia?" tanya Ibas sebelum memutar kunci mobil.
Ditra menoleh dan menatapnya kosong lantas beralih kembali menatap jalanan di depan.
.................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar